Kamis, 07 Februari 2013
Hanya Allah Tempat Bergantung
Allah lah yg membuat kita mampu tersenyum walau dalam keadaan menangis
Tempat bertahan ketika kita hendak menyerah
Tempat berdoa ketika hilang tempat mengadu & ketika semua orang menjauh
Tempat untuk kembali bangkit sekalipun hati kita telah hancur berkali-kali
Tempat untuk tetap mengerti ketika tak ada satupun terlihat memberi Arti
... Segala sesuatu menjadi mungkin karna Allah lebih memahami kita melebihi diri kita
Ketika wajah penat memikirkan dunia,maka berwudhulah,Ketika pundak tak kuasa memikul amanah maka brsujudlah,Ikhlaskannya agar semuanya tunduk,disaat yg lain angkuh,agar tangguh disaat yg lain runtuh,agar tegar disaat yg lain terlempar,dan ingat hanya Allah lah tempat kita utk brgantung.Hasbunallah wa ni’mal wakil,ni’mal maula wa ni’man nashir.“Ingatlah,dengan mengingat Allah dapat menentramkan hati”(Ar-Ra’d:28)
Doa'-do'a Pilihan dalam Al-Qur'anul Kariim
Bismillah,
Was sholatu was sholaamu 'ala Rosulillah, wa 'ala alihi wa ashabihi wa man tabi'ahum biy ihsaniy ila yaumil qiyamah, 'amma ba'du....
Segala puji bagi Allah, Rabb pengatur alam semesta. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Ketika berdo’a ada kalanya kita memfokuskan suatu permohonan khusus. Di lain kesempatan kadang berdo’a secara umum tanpa mengkhususkan pada satu permohonan saja. Lalu, apa saja yang sebaiknya kita mohonkan kepada Allah di saat kita berdo’a?.
Di bawah ini beberapa hal utama yang sebaiknya kita panjatkan dalam do’a kita, disertai dasar dari ayat al-Qur’an yang relevan.
1. Mohon dijauhkan dan dijaga dari pengaruh Syaitan
رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنۡ هَمَزَٲتِ ٱلشَّيَـٰطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحۡضُرُونِ
Dan Katakanlah: "Wahai Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (QS. Al-Mu’minun: 97-98)
2. Mohon ditambahkan Ilmu
رَّبِّ زِدۡنِى عِلۡمً۬ا
"Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thaha: 114)
3. Mohon diampuni karena berlebihan dalam pekerjaan
رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسۡرَافَنَا فِىٓ أَمۡرِنَا وَثَبِّتۡ أَقۡدَامَنَا وَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡڪَـٰفِرِينَ
"Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami[235] dan tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir". (QS. Ali Imran: 147)
4. Mohon diberikan Kesabaran
رَبَّنَآ أَفۡرِغۡ عَلَيۡنَا صَبۡرً۬ا وَتَوَفَّنَا مُسۡلِمِينَ
"Wahai Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah Kami dalam Keadaan berserah diri (kepada-Mu)". (QS. (Al-A’raf: 126)
5. Mohon diberi Keteguhan Pendirian
رَبَّنَآ أَفۡرِغۡ عَلَيۡنَا صَبۡرً۬ا وَثَبِّتۡ أَقۡدَامَنَا وَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡڪَـٰفِرِينَ
"Wahai Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah: 250)
6. Mohon dilapangkan dada dan dimudahkan dalam setiap urusan
رَبِّ ٱشۡرَحۡ لِى صَدۡرِى وَيَسِّرۡ لِىٓ أَمۡرِى وَٱحۡلُلۡ عُقۡدَةً۬ مِّن لِّسَانِى يَفۡقَهُواْ قَوۡلِى
"Wahai Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS. Thaha: 25-28)
7. Mohon diampuni Dosa diri sendiri, Orang tua, dan Orang-orang beriman
رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِيً۬ا يُنَادِى لِلۡإِيمَـٰنِ أَنۡ ءَامِنُواْ بِرَبِّكُمۡ فَـَٔامَنَّاۚ رَبَّنَا فَٱغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوبَنَا وَڪَفِّرۡ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلۡأَبۡرَارِ
"Wahai Rabb kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. (QS. Ali Imran: 193)
رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لِى وَلِوَٲلِدَىَّ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ يَوۡمَ يَقُومُ ٱلۡحِسَابُ
"Wahai Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim: 41)
8. Mohon ditunjukan jalan bersyukur dan beramal shaleh yang diridhai
رَبِّ أَوۡزِعۡنِىٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٲلِدَىَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَـٰلِحً۬ا تَرۡضَٮٰهُ وَأَصۡلِحۡ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓۖ إِنِّى تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
"Wahai Rabbku, tunjukilah aku agar mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-Ahqaf: 15)
9. Mohon tidak dibebani melebihi kemampuan
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرً۬ا كَمَا حَمَلۡتَهُ ۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَٮٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡڪَـٰفِرِينَ
"Wahai Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al-Baqarah : 286)
10. Mohon kebaikan di dunia dan akhirat
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari adzab Neraka.” (QS. Al-Baqarah : 201)
Demikian 10 poin utama yang sebaiknya kita mohonkan kepada Allah disaat kita berdo’a, selebihnya kita bisa memohon hal-hal lainnya
wa sholallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi ajma'in.
Laki?? Sholat di Masjid!!
Bismillah,
Was sholatu was sholaamu 'ala
Rosulillah, wa 'ala alihi wa ashabihi wa man tabi'ahum biy ihsaniy ila
yaumil qiyamah, 'amma ba'du.
Banyak
dari kita yang meremehkan shalat berjamaah. Oleh karenanya, melalui
tulisan ini akan coba kami jelaskan mengenai hukum-hukum tentang
wajibnya shalat berjama’ah, karena sebe-narnya masalah ini adalah
masalah yang teramat penting.
Allah Ta'ala banyak menyebut kata shalat dalam Al-Qur’anul Karim. Ini menandakan begitu penting perkara ini. Allah Ta'ala berfirman :
Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. (Al Baqarah : 43)
Ayat mulia ini merupakan nash tentang kewajiban shalat berjamaah.
Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. (Al Baqarah : 43)
Ayat mulia ini merupakan nash tentang kewajiban shalat berjamaah.
Dan dalam surat An- Nisa’ Allah Ta'ala berfirman yang artinya :
Dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serekat), maka hendaklah mereka dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan kedua yang belum shalat, lalu bershalatlah me-reka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. (An Nisa’ 102)
Dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serekat), maka hendaklah mereka dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan kedua yang belum shalat, lalu bershalatlah me-reka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. (An Nisa’ 102)
Pada
ayat diatas Allah mewajibkan shalat berjamaah bagi kaum muslimin dalam
keadaan perang. Bagaimana bila dalam keadaan damai? Telah disebutkan
diatas bahwa ..dan hendaklah datang segolongan kedua yang be-lum shalat, lalu bershalatlah bersamamu.. Ini
adalah dalil bahwa shalat berjamaah adalah fardhu ‘ain, bukan fardu
kifayah, ataupun sunnah. Jika hukumnya fardhu kifayah, pastilah gugur
kewajiban berjamaah bagi kelompok kedua karena penunaian kelompok
pertama. Dan jika hukumnya adalah sunnah, pastilah alasan yang paling
utama adalah karena takut.
Dan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai pe-nuntun yang akan menuntunku ke Masjid. Ma-ka dia minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: Apakah kamu mendengar adzan ? Ya, jawabnya. Nabi berkata : Kalau begitu penuhilah (hadirilah)!
Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai pe-nuntun yang akan menuntunku ke Masjid. Ma-ka dia minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: Apakah kamu mendengar adzan ? Ya, jawabnya. Nabi berkata : Kalau begitu penuhilah (hadirilah)!
Didalam
hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam tidak memberikan
keringanan kepada Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu ‘anhu untuk
shalat dirumahnya (tidak berjamaah) kendati ada alasan, diantaranya:
- Keadaan beliau buta.
- Tidak adanya penuntun ke Masjid.
- Jauh rumahnya dari Masjid.
- Adanya pohon-pohon kurma dan lain-lain yang ada diantara rumah beliau dan Masjid.
- Adanya binatang buas di Madinah.
- Tua umurnya dan telah lemah tulang-tulang-nya.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meri-wayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam telah bersabda:
Aku berniat meme-rintahkan kaum muslimin untuk mendirikan sha-lat. Maka aku perintahkan seorang untuk menjadi imam dan shalat bersama. Kemudian aku berang-kat dengan kaum muslimin yang membawa seikat kayu bakar menuju orang-orang yang tidak mau ikut shalat berjamaah, dan aku bakar rumah-rumah mereka. (Al Bukhari-Muslim)
Aku berniat meme-rintahkan kaum muslimin untuk mendirikan sha-lat. Maka aku perintahkan seorang untuk menjadi imam dan shalat bersama. Kemudian aku berang-kat dengan kaum muslimin yang membawa seikat kayu bakar menuju orang-orang yang tidak mau ikut shalat berjamaah, dan aku bakar rumah-rumah mereka. (Al Bukhari-Muslim)
Hadits
diatas telah menjelaskan bahwa tekad Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassallam untuk membakar rumah-rumah disebabkan mereka tidak keluar
untuk shalat berjamaah di masjid. Dan masih banyak lagi hadits yang
menerangkan peringatan keras Rasulullah terhadap orang-orang yang tidak
hadir ke masjid untuk berjamaah bukan semata-mata karena mereka
meninggalkan shalat, bahkan mereka shalat di rumah-rumah mereka.
Ibnu
Hajar berkata: Hadits ini telah menerangkan bahwa shalat berjamaah
adalah fardhu ‘ain, karena kalau shalat berjamaah itu hanya sunnah
saja, Rasulullah tidak akan berbuat keras terhadap orang-orang yang
meninggalkannya, dan kalau fardhu kifayah pastilah telah cukup dengan
pekerjaan beliau dan yang bersama beliau.
Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Engkau telah melihat kami,
tidak seseorang yang meninggalkan shalat berjamaah, kecuali ia seorang
munafik yang diketahui nifaknya atau seseorang yang sakit, bahkan
seorang yang sakitpun berjalan (dengan dipapah) antara dua orang untuk
mendatangi shalat (shalat berjamaah di masjid). Beliau menegaskan :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam mengajarkan kita jalan-jalan
hidayah, dan salah satu jalan hidayah itu adalah shalat di masjid
(shalat yang dikerjakan di masjid). (Shahih Muslim)
Ibnu
Mas’ud juga mengatakan : Barang siapa mau bertemu dengan Allah Ta'ala di
hari akhir nanti dalam keadaan muslim, maka hendaklah memelihara semua
shalat yang diserukan-Nya. Allah Ta'ala telah menetapkan jalan-jalan
hidayah kepada para Nabi dan shalat ter-masuk salah satu jalan hidayah.
Jika kalian sha-lat dirumah maka kalian telah meninggalkan sunnah Nabi
kalian, dan kalian akan sesat. Setiap Lelaki yang bersuci dengan baik,
kemudian menuju masjid, maka Allah Ta'ala menulis setiap langkahnya satu
kebaikan, mengangkatnya satu derajat, dan menghapus satu kejahatannya.
Engkau telah melihat dikalangan kami, tidak pernah ada yang meninggalkan
shalat (berjamaah), kecuali orang munafik yang sudah nyata nifaknya.
Pernah ada seorang lelaki hadir dengan dituntun antara dua orang untuk
didirikan shaf.
Ibnu
Mas’ud, Abdullah bin Abbas dan Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhum
berkata : Barangsiapa yang mendengar adzan kemudian dia tidak
mendatanginya tanpa udzur, maka tidak ada shalat baginya.
Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata : Tidak ada tetangga masjid
kecuali shalat di masjid. Ketika ditanyakan kepada beliau : Siapa
tetangga masjid ? Beliau menjawab : Siapa saja yang mendengar panggilan
adzan. Kemudian kata beliau : Barangsiapa mendengar panggilan adzan dan
dia tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya, kecuali dia
mempunyai udzur.
Meningggalkan
shalat berjamaah merupakan salah satu penyebab untuk meninggalkan
shalat sama sekali. Dan perlu diketahui bahwa meninggalkan shalat
adalah kekufuran, dan keluar dari islam. Ini berdasar pada sabda Nabi :
Batas antara seseorang dengan kekufuran dan syirik adalah meninggalkan
shalat. (HR. Muslim). Janji yang membatasi antara kita dan orang-orang kafir adalah shalat. Barang siapa meninggalkannya, maka ia kafir.
Setiap
muslim wajib memelihara shalat pada waktunya, mengerjakan shalat
sesuai dengan yang disyariatkan Allah, dan mengerjakan secara berjamaah
di rumah-rumah Allah. Setiap muslim wajib taat kepada Allah dan
rasul-Nya, serta takut akan murka dan siksanya.
Tidak bisa dipungkiri shalat berjamaah mempunyai beberapa hikmah serta kemaslahatan. Hikmah yang tampak adalah :
-
Akan timbul diantara sesama muslim akan saling mengenal dan saling
membantu dalam kebaikan, ketaqwaan, dan saling berwasiat de-ngan
kebenaran dan kesabaran.
- Saling memberi dorongan kepada orang lain yang meninggalkannya, dan memberi penga-jaran kepada yang tidak tahu.
- Menumbuhkan rasa tidak-suka/membenci kemunafikan.
- Memperlihatkan syiar-syiar Allah ditengah-tengah hamba-Nya.
- Sarana dakwah lewat kata-kata dan perbuatan.
Hadits
mengenai wajibnya shalat berjamaah dan kewajiban melaksanakannya di
rumah Allah sangat banyak Oleh karena itu setiap muslim wajib
memperhatikan, dan bersegera melaksanakannya. Juga wajib memberitahukan
hal ini kepada anak-anaknya, keluarga, tetangga, dan seluruh
teman-teman seaqidah agar mereka melaksanakan perintah Allah Ta'ala dan
rasul-Nya dan agar mereka takut terhadap larangan Allah dan rasul-Nya
dan agar mereka menjauhkan diri dari sifat-sifat orang munafik yang
tercela, dianta-ranya malas mengerjakan shalat.
Tips Agar Mudah Terbangun untuk Sholat Shubuh
Di hari-hari di musim sekarang ini banyak masjid mengalami
kemunduran yang besar, terutama dalam jumlah jamaah solat subuhnya, disebabkan
pendeknya waktu malam dan tenggelamya kebanyakan orang dalam prilaku bergadang
yang berlebihan…
Bahkan
banyak dari kalangan orang-orang baik terjerumus dalam fitnah ini, diantaranya
sebagian imam-imam dan muadzin, kedudukan mereka bisa menimbulkan dampak yang
lebih besar, karena
mereka memikul tanggung jawab, kelalaian mereka dapat berimbas terhadap jamaah masjid.
mereka memikul tanggung jawab, kelalaian mereka dapat berimbas terhadap jamaah masjid.
Keutamaan
solat subuh berjamaah sangatlah besar, sedang melalaikanya adalah berbahaya,
meski hanya dua hadits cukuplah menunjukan hal itu, dua hadits itu adalah:
عن عثمان رضي الله عنه عن الرسول الله صلى الله عليه وسلم قال: « من
صلى العشاء في جماعة ، فكأنما قام نصف الليل ، ومن صلى الصبح في جماعة ، فكأنما
صلى الليل كله » . رواه مسلم
“
Dari Utsman bin Affan rodhiyallahu 'anhu dari Rosulullahi sholallahu 'alaihi wa sallam ia bersabda: “ Barang siapa
solat isya‘ berjamaah, maka seakan-akan
ia solat separuh malam, dan barang siapa solat subuh berjamaah, maka
seakan-akan ia solat malam seluruhnya”. (HR: Muslim).
Dan
hadits Abu Hurairah rodhiyallahu 'anhu dari Rosulullahi sholallahu 'alaihi wa sallam:
« إن أثقل صلاة على
المنافقين صلاة العشاء ، وصلاة الفجر ، ولو يعلمون ما فيها لأتوهما ولو حبوا ،
ولقد هممت أن آمر بالصلاة فتقام ، ثم آمر رجلا فيصلي بالناس ، ثم انطلق معي برجال
معهم حزم من حطب إلى قوم لا يشهدون الصلاة فأحرق عليهم بيوتهم بالنار » . متفق
عليه .
“ Sesungguhnya solat yang terberat bagi orang-orang munafik adalah
solat isya’ dan solat subuh, kalau sekiranya mereka mengetahui apa yang
terdapat di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangai keduanya meski dengan
terjatuh, dan sunggguh aku telah berhasryat untuk memerintahkan seseorang agar mendirikan solat, kemudian akau meminta
seseorang agar menjadi imam, lalu aku pergi bersama orang-orang membawa kayu
bakar kepada kaum yang tidak hadir solat, lalu aku bakar mereka dengan
rumah-rumah mereka dengan api.” (HR: Bukhari Muslim).
Dan saya akan menyertakan bersama sarana-sarana tersebut beberapa
kisah dan peristiwa yang terjadi pada sebagian salaf agar kita dapat melihat
sejauh mana perhatian mereka terhadap hal itu:
Pertama:
Dalam kitab musnad Abdurrozak 1/526:
Dari Ma’mar dari az-Zuhri dari Sulaiman bin Abi Hatsamah dari
as-Syifa’ binti Abdullah ia berkata:(( Umar masuk ke rumahku, ia mendapatkan
dua orang laki-laki sedang tidur di sisiku, ia berkata: apa yang terjadi pada
kedua orang ini, mereka tidak ikut solat bersamakau?, aku menjawab: wahai Amirul
mukminin mereka berdua telah solat bersama orang-orang – saat itu dalam bulan
ramdhan – mereka berdua solat terus menerus hingga subuh, lalu mereka solat
subuhkemudian tidur, Umar berkata: sungguh solat subuh berjamaah bagiku lebih
aku cintai dari pada aku solat semalam hingga subuh)).
Kedua:
Dalam kitab musonnaf Abdurrozak 1/527:
Dari Abdurrozak bin Abi Ruwad dari Nafi’ dari Ibnu Umar ia
berkata: (( Dahulu jika ia mendapatkan isya‘ bersama orang-orang maka ia solat
beberapaa rakaat kemudian tidur, dan apabila tidak mendapatkanya dengan jamaah
maka ia menghidupkan malamnya, ia berkata: sebagian keluarga Ma’mar
memberitahuku bahwa ia melakukan itu, lalu aku sampaikan hal itu kepada Ma’mar
maka ia berkata: dahulu Ayub melakukan hal itu)).
Ketiga:
Abu Nuaim berkata dalam kitab hilyatul auliya’ 12/9:
Ahmad bin Is’hak bercerita kepada kami, Abdurrahman bin Muhammad
bercerita kepada kami, Abdurrahman bin Umar bercerita kepada kami, Yahya bin
Abdurrahman bin Mahdi bercerita kepadaku: bahwa bapaknya qiyamullail – yakni
menghidupkan seluruh malamnya dengan solat - , dan tatkalah terbit fajar ia
melempar dirinya ke ranjang – yakni tidur – dan melalaikan solat subuh hingga
terbit matahari, maka ia mengatakan: ini adalah kesalahan ranjang ini
terhadapku, maka ia memberi sangsi terhadap dirinya dengan tidak akan memakai
alas apapun dalam tidurnya, dan ia juga mendera dirinya selama dua bulan hingga
kedua pahanya terluka seluruhnya.
Keempat:
Khatib al-Baghdadi berkata dalam kitab tarikh Baghdad 10/320:
Muhammad bin Ahmad bin Rozak memberitahu kami, ia berkata: aku
mendengar Abulqosim Ali bin al-Hasan bin Zakariah al-Qothi,i as-Sya’ir
berkata: aku mendengar Abulqasim
Abdullah bin Muhamad bin Abdullah al-Aziz al-Baghowi berkata: aku mendengar
Ubaidillah bin Umar al-Qowariri berkata: Hampir aku tidak pernah melalaikan
solat isya' dengan berjamaah,
lalu datang seorang tamu aku disibukan denganya, setelah itu aku keluar untuk
mencari solat jamaah di kabilah-kabilah Bashrah, namun semua orang ternyata
telah selesai solat, aku berkata dalam hatiku: diriwayatkan dari Rasulullah saw
baahwa beliau bersabda:
صلاة الجميع تفضل على صلاة الفذ إحدى وعشرين
درجة
“ Solat berjamaah lebih utama atas solat sendirian dengan dua
puluh satu derajat”
dan diriwayatkan “ dua puluh lima derajat” dan diriwayatkan “ dua puluh tujuh derajat” lalu aku pulang ke rumahku dan aku solat isya' di waktu yang terakhir dua puluh tujuh kali, kemudian aku tidur, aku bermimpi sedang mengendarai kuda bersama kaum, aku naik kuda seperti kuda-kuda mereka, kami saling berkejaran dan kuda-kuda mereka mendahului kudaku, aku pukul kudaku agar menyusul mereka, aku menoleh ke salah seorang dari mereka yang paling belakang, ia mengatakan; jangan kau paksa kudamu, kamu tidak berhak atas apa yang kami miliki, aku berkata: kenapa begitu? Ia berkata: karena kami solat isya' berjamaah.
dan diriwayatkan “ dua puluh lima derajat” dan diriwayatkan “ dua puluh tujuh derajat” lalu aku pulang ke rumahku dan aku solat isya' di waktu yang terakhir dua puluh tujuh kali, kemudian aku tidur, aku bermimpi sedang mengendarai kuda bersama kaum, aku naik kuda seperti kuda-kuda mereka, kami saling berkejaran dan kuda-kuda mereka mendahului kudaku, aku pukul kudaku agar menyusul mereka, aku menoleh ke salah seorang dari mereka yang paling belakang, ia mengatakan; jangan kau paksa kudamu, kamu tidak berhak atas apa yang kami miliki, aku berkata: kenapa begitu? Ia berkata: karena kami solat isya' berjamaah.
Kelima:
Abu Nu’aim berkata dalam kitab al-hilyah
6/183:
Ibrahim bin Abdul Malik bercerita kepada
kami, Muhammad bin Ishak bercerita kepada kami, Qutaibah bin Sa’ad bercerita
kepada kami, Marwan bin Salim alQory bercerita kepada kami, Mas’adah bin
al-Yasa‘ al-Bahili bercerita kepada kami dari Sulaiman bin Abi Muhamad, Ghalib
al-Qathon bercerita kepada kami bahwa orang-orang datang kepada beliau saat
pembagian warisan untuk mereka, ia membagi warisan itu kepada mereka semua,
hingga waktu sore, maka ia kembali ke tempat tidurnya dalam keadaan letih, lalu
ia bersandar ke satu masjid miliknya, lalu tertidur, datang seorang mu’adzin
bertatswib, maka berkatalah wanita kepadanya: Bukankah kamu melihat mu’adzin-
semoga Allah merahmatimu – ia bertatswib di atas kepalamu?, ia mengatakan:
Dasar kamu biarkan aku, kamu itu tidak tahu apa yang telah terjadi padaku hari
ini, lalu ia (mu’adzin) bertatswib terus menerus dan setiap kali itu pula
wanita tersebut membangunkanya dan ia selalu mengatakan biarkan aku, hingga
sampai pertengahan malam ia bangun dan solat dalam keadaan tidak ingat dan
tidak tahu beberapa kali imam solat, lalu ia mengulang solat al- maktubah
(wajib itu) sebanyak dua puluh empat kali, kemudian ia tidur, ia bermimpi pergi
dari rumahnya ke suatu kedai,di perjalanan ia menemukan uang empat dinar,
ketika itu ia membawa kantong yang memiliki tiga pintu, maka ia memasukan uang
dinar tersebut ke dalam salah satu pintu kantong, ia bercerita: Aku diam sejenak, tiba-tiba ada orang
yang mencari dinar-dinar itu dengan
menyebut terus-menerus empat dinarnya
yang hilang, maka aku sembunyi darinya, kemudian setelah itu aku memanggilnya,
aku berkata kepadanya: wahai pemilik dinar, ini adalah dinarmu, aku berpaling
untuk membuka kantong dan memberikan dinar-dinar itu kepadanya, namun ternyata
kantongnya sobek dan dinar-dinar itu lenyap!, aku berucap: wahai pemilik dinar
sungguh dinar-dinarmu hilang, ambilah gantinya, maka ia memegang sisi bajuku
dan mengatakan: Aku tidak mau terima kecuali dinar-dinarku yang sama seperti
aslinya, lalu aku terbangun saat ia masih memegang sisi bajuku, lalu aku pergi
kepada Ibnu Sirin, aku ceritakan kejadian itu kepadanya, ia berkata: Adapun
tertakait kamu tertidur dari solat isya‘, maka beristighfarlah dan jangan kamu
ulangi lagi.
Sulaiman berkata: Dan Golib al-Qottoni
bercerita kepadaku: Kemudian aku diuji dengan kejadian serupa, aku bersandar
pada masjid tersebut, lalu mua’dzin mengumandangkan azan dan bertatswib, setiap
kali itu pula wanita tersebut membangunkanku - semoga Allah merahmatimu- dan
aku tidur hingga waktu yang sama dengan waktu aku tidur pada kali yang pertama,
lalu aku bangun dan solat sebagaimana aku solat pada kali yang pertama,
kemudian aku tidur lagi, aku melihat dalam mimipi bahwa aku dan
sahabat-sahabatku menunggang keledai kelabu yang cepat, sedang orang-orang di
depan kami mengendarai unta, mereka tidur di atas permadani yang dihamparkan di
atasnya, mereka berjalan pelan, sedang
aku dan sahabat-sahabatku berusaha keras untuk menyusul mereka hingga kami
kepayahan, maka kami memanggil: Wahai para pengendara ada apa ini, kami
mengendarai keledai keledai yang cepat, sedang kalian mengendarai unta dengan
pelan, kami berusaha untuk menyelip kalian namun tidak bisa?. Para pengendara
itu menjawab: Sesungguhnya kami adalah
kaum yang ikut solat jamaah isya‘ yang akhir, sedang kalian solat sendirian,
maka kalian tidak akan dapat menyusul kami. Ia berkata: lalu aku bergegas pergi
kepada Muhamad bin Sirin, aku bercerita kepadanya ( tentang hal itu), maka
beliau menjawab: ia (penjelasanku) sebagaimana yang kamu mimpikan...
Abdullah bin Muhamad bin Ja’far bercerita
kepada kami, Abdullah bin Muhamad bin Imron bercerita kepada kami, pamanku Ayub
bin Imron bercerita kepadaku, ia berkata: Aku dapat cerita dari Ghalib
al-Qattani, ia berkata: Aku tertinggal solat isya‘ berjamaah, maka aku solat
dua puluh lima kali untuk menggapai keutamaan, kemudian aku tidur, aku melihat
dalam mimpi bahwa aku mengendarai kuda yang berlari kencang, sedang mereka di
atas kendaraan dan kami tidak dapat mengejar mereka, maka dikatakan: itu karena
mereka solat berjamaah sedang anda solat sendirian. ( Dan ada banyak riwayat
lain yang mengkisahkan cerita ini dalam kitab al-hilyah).
Keenam:
Dalam kitab (( Jawaanib min siroh al-Imam
Abdul Aziz bin Baz)) hal 79, disebutkan:
Pada suatu hari Syekh Abdullah bin Baz
punya janji setelah solat subuh. Namun beliau tidak solat di masjid, maka
setelah solat kami pergai ke rumahnya, kami menunggu beliau, kami mengkhawatirkanya,
lalu beliau keluar menemui kami, beliau menanyakan waktu, kami memberitahunya
bahwa solat berjamaah telah selesai.
Ketika itu beliau – semoga Allah
memberinya rahmat – letih pada malam harinya, beliau tidur sangat terlambat,
dan setelah solat tahajud beliau berbaring dan tertidur, sedang tidak ada satu
orang pun yang membangunkanya, atau membunyikan untuknya alarm jam, dan setelah
beliau tahu bahwa orang-orang telah solat maka beliau solat dan berkata kepada
dua sahabatnya, yaitu; Syekh Abdurahman al-Atiq dan Hamad bin Muhamad an-Nasir:
ini adalah kali pertama aku ketingalan solat subuh!
Aku berkata: Semoga Allah merahmati
mereka, begitulah mereka bersungguh-sungguh dalam ibadah dan muhasabah diri di
saat melakukan kesalahan terkecilpun, jiwa-jiwa mereka bersih, obsesi mereka
tinggi, dan mereka dikenang selamanya oleh orang-orang yang datang
setelahnya...
Aku tidak tahu apakah masih ada hari ini
orang-orang yang ketika ketinggalan solat lalu merasakan seperti yang mereka
rasakan?!, para pelajar dan orang-orang soleh yang ketinggalan solat subuh
berkali-kali itu, padahal mereka tidak menghidupkan malamnya dengan tahajud,
tidak juga sepersepuluh malamnya, atau bahkan sepersepuluh dari sepersepuluh
malamnya! Kemudian mereka tidak merasa sakit, tidak pula sedih, seakan-akan
tidak punya dosa?!.
Bahkan anda bisa melihat sebagian mereka
telah memiliki tradisi yang berkelanjutan, datang sekali dan absen
berkali-kali, dan kalaupun hadir pasti terlambat, sehingga menjadi bahan
pertanyaan dan sumber keraguan bagi orang-orang awam!
Ini adalah sisi lain dari banyak dampak
permasalahan, perhatikan tokoh ini dalam pandangan meraka, omonganya tidak lagi
dipercaya, begitu juga ilmu dan nasehatnya. Pernah terjadi seseorang dari
kalangan awam menyalahkan anak-anaknya yang ketinggalan solat subuh, lalu ia
membentak salah satu dari mereka saat berusaha membangunkanya, anak itu
berucap: Jangan ganggu aku, pergi dan beri nasehat syekh(imam) terlebih dahulu! Dan memang imam mereka suka absen dari
solat subuh berjamaah.
Sekarang mari kita masuk dalam
pembahasan tentang sarana-sarana yang dapat membantu kita agar mudah untuk
bangun menunaikan solat subuh:
1.
Sarana yang paling utama adalah bertaqwa
kepada Allah SWT, memperhatikan perintah solat berjamaah. Apabilah seorang
muslim memiliki perhatian terhadap perintah Allah terkait solat berjamaah, maka
ia akan menemukan – dengan izin-Nya – kemudahan untuk bangun menunaikan solat
subuh. Ini adalah sesuatu yang telah terbukti, seseorang yang tersibukan
perhatianya dengan sesuatu, ia sering kali tidak akan nyenyak dalam tidurnya,
ini sesuatu yang wajar, bahkan hal tersebut terjadi juga pada anak kecil,
ketika ia dijanjikan akan diajak pergi tamasya di pagi hari, ia pasti bangun
sebelum yang lainya, meski tidak ada seorangpun yang membangunkanya.
2.
Tidur di waktu awal (tidak larut malam),
dan banyak orang yang mengetahui dengan detail batas waktu kapan ia harus tidur
agar dapat bangun subuh, dan jika melampaui batas waktu tersebut ia pasti akan
ketinggalan solat, maka dalam kondisi ini ia tidak boleh bergadang hingga
melewati batas waktu yang dapat menyebabkanya jatuh ke dalam kelalaian dalam
menunaikan kewajiban ini.
3.
Menggunakan alat-alat peringatan seperti
alarm jam, handphone,dll. Namun ada sebagian orang yang karena terlalu nyenyak
tidur hingga tidak dapat mendengar bunyi alarm, dan ada juga sebagian orang
yang setiap kali mendengar bunyinya mematikanya tanpa kesadaran.
Dan
ada beberapa cara untuk mengeraskan suara alarm, diantaranya:
Meletakanya
di panci, atau membalikan panci dan meletakan alarm di atasnya, maka suaranya
akan lebih tinggi. Begitu pula handphone, letakan dengan bel getar, dan taruh
di atas panci, dan jika kamu di kamar dan kamu pakai panci yang yang
melengkung-lengkung (tidak rata sisi-sisinya), maka bunyi suaranya akan menjadi
seperti gempa, dan dapat membangunkan tetangga!
Adapun
terkait orang yang suka secara tidak sadar mematikan alarm, maka bisa di atasi
dengan memperbanyak alarm dan membedakan waktu bunyi masing-masing alarm,
misalnya dengan memberi jarak antara masing-masing dengan beberapa menit, atau
dengan cara mempencar tempat masing-masing alarm.
4.
Memanfaatkan teknologi pendingin pada
musim panas. Sebagian AC dilengkapi dengan menu yang dapat mengatur waktu
nyalah dan mati, dengan demikian dapat dilakukan setting mati satu jam atau
beberapa jam sebelum waktu bangun yang diinginkan. Adapun AC yang tidak
dilengkapi dengan teknologi ini, dapat ditambah dengan memasang alat kecil yang
disebut dengan timer, caranya dipasang di dinding dapat dapat mengatur lama
nyala AC selama dua belas jam, misalnya anda tidur jam satu malam, sedang anda
ingin bangun jam tiga, maka letakan alat itu pada angka dua, sehingga Ac akan
bekerja selama dua jam kemudian langsung mati setelah itu. Panas cukup dapat
mengurangi tidur nyenyak meski mungkin masih belum dapat membangunkanmu sebelum
bel alarm menyala.
5.
Dan diantara sarana-sarana untuk
membangunkan adalah banyak minum sebelum tidur, dan tidak pergi ke toilet,
niscaya rasa ingin buang air akan dapat membangunkanmu tanpa harus menggunakan
jam alarm, dengan mencoba anda akan tahu kemanjuran cara ini, dan bagaimana
cara ini dapat membantumu bangun pada waktu yang tepat.
6.
Terkadang manusia terpaksa harus bergadang
karena suatu tuntutan, hingga ia merasa tidak akan dapat bangun pada waktu
solat, maka solusinya adalah dengan merubah posisi tidur, atau merubah alas
tidurnya, misalnya tidur di atas lantai tanpa alas, atau tanpa bantal di luar
kamar tidurnya, dan begitu seterusnya selalu melakukan perubahan-perubahan yang
dapat mengusir tidur yang nyenyak dan dapat meringankan proses bangun.
Inilah
yang terlintas dalam benak sekarang, barangkali ada hal-hal yang terlintas
dalam benak anda yang dapat menjadi point tambahan.
Wallahu
a'lam semoga solawat dan salam senantiasa tercurah kepada Muhamad, keluarga dan
sahabatnya.
Penyusun
: Asy Syaikh Abdurrahman
bin Shalih As Sudais
Terjemah : Muh. Lutfi Firdaus
Editor :
Eko
Haryanto Abu Ziyad
Selasa, 05 Februari 2013
Memahami dan Mengamalkan Islam secara Kaffah
Memahami dan Mengamalkan Islam secara Kaffah
Sementara pada ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan tentang kebiasaan kaum Yahudi (Ahlul Kitab). Yaitu ketika Allah turunkan kepada mereka Kitab-Nya, Allah mengutus kepada mereka Rasul-Nya, mereka tidak mau mengimani,menjalankan, dan mengamalkan syari’at yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan secara kaffah. Ini adalah akhlak Yahudi. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan tentang mereka:
Ayat yang kedua ini sebagai peringatan : Bahwa kita dilarang meniru akhlak dan cara kaum Yahudi dalam beragama. Yaitu mereka mau menerima syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah turunkan dalam kitab Taurat atau disampaikan Rasul-Nya pada waktu itu jika syari’at tersebut tidak bertentangan dengan hawa nafsu mereka. Namun jika syari’at tersebut menurut pandangan mereka jika diterapkan dapat menghalangi kepentingan duniawi, kepentingan hawa nafsu dan syahwat mereka, atau tidak bisa diterima oleh akal logika mereka yang sempit, maka mereka tidak mau beriman dan mengamalkan syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut.
Bismillahirrahmanirrohim
Was
sholatu was sholaamu 'ala Rosulillah, wa 'ala alihi wa ashabihi wa man
tabi'ahum bi ihsaniy ila yaumil qiyamah, 'amma ba'du....
Assalamu'alaikum
Warahmatullahiwabarokatuh
“Yaa
ayyuhaalladziina aamanuu udkhuluu fii ssilmi kaaffatan walaa tattabi'uu
khuthuwaati sysyaythaani innahu lakum 'aduwwun mubiin”
“Wahai
orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah
(menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena
sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]
Betapa naifnya jika kita hanya menjadikan Masjid saja sebagai bukti bahwa
kita ISLAM. atau mungkin hanya sekedar KTP kita yang ISLAM. Sedangkan sekolah,
universitas, kehakiman, siaran radio, televisi, surat kabar, theater, bioskop,
pasar, jalan raya, toko (usaha), rumah tangga dan lain-lain diserahkan
urusannya untuk sekularisme. Tak mungkin manusia akan harmonis pula, apabila
urusan aspek spiritual diserahkan secara khusus kepada pihak tertentu, seperti
agama misalnya, sementara aspek material dan intelektual diserahkan
pengurusannya secara khusus kepada pihak lain, seperti negara atau sekularisme
misalnya.
Memeluk dan mengamalkan Islam secara
kaffah adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus dilaksanakan oleh
setiap mukmin, siapapun dia, di manapun dia, apapun profesinya, di mana pun dia
tinggal, di zaman kapan pun dia hidup, baik dalam sekup besar ataupun kecil,
baik pribadi atau pun masyarakat, semua masuk dalam perintah ayat diatas:
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah
(menyeluruh) Pada ayat yang sama, kita dilarang mengikuti jejak langkah
syaithan, karena sikap mengikuti jejak-jejak syaithan bertolak belakang dengan
Islam yang kaffah.
Sementara pada ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan tentang kebiasaan kaum Yahudi (Ahlul Kitab). Yaitu ketika Allah turunkan kepada mereka Kitab-Nya, Allah mengutus kepada mereka Rasul-Nya, mereka tidak mau mengimani,menjalankan, dan mengamalkan syari’at yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan secara kaffah. Ini adalah akhlak Yahudi. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan tentang mereka:
“ Apakah kalian ini
mau beriman kepada sebagian Al Kitab (Taurot) sementara kalian tidak mau
beriman, tidak mau mengamalkan dengan syari’at yang lainnya,tidaklah balasan
bagi orang-orang yang berbuat seperti ini diantara kalian, kecuali kehinaan di
dunia. Dan pada Hari Kiamat nanti mereka akan dikembalikan ke sekeras-keras
adzab. Tidaklah Allah sekali-kali lalai dari apa yang kalian lakukan. ”
(Al-Baqarah : 85).
Ayat yang kedua ini sebagai peringatan : Bahwa kita dilarang meniru akhlak dan cara kaum Yahudi dalam beragama. Yaitu mereka mau menerima syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah turunkan dalam kitab Taurat atau disampaikan Rasul-Nya pada waktu itu jika syari’at tersebut tidak bertentangan dengan hawa nafsu mereka. Namun jika syari’at tersebut menurut pandangan mereka jika diterapkan dapat menghalangi kepentingan duniawi, kepentingan hawa nafsu dan syahwat mereka, atau tidak bisa diterima oleh akal logika mereka yang sempit, maka mereka tidak mau beriman dan mengamalkan syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut.
Barangsiapa yang berbuat seperti itu,
maka sungguh balasannya adalah kehinaan didunia dan adzab di akhirat nanti
lebih keras lagi. AllahSubhanahu wa Ta’ala tidak akan lalai terhadap apa yang
kita lakukan ini.
Dua ayat dalam surah Al-Baqarah,yang pertama pada ayat ke 208, dan kedua pada ayat ke-185 merupakan dasar pembahasan kita pada topik ini.
Islam kaffah maknanya adalah Islam secara menyeluruh, dengan seluruh aspeknya, seluruh sisinya, yang terkait urusan iman, atau terkait dangan dengan akhlak, atau terkait dengan ibadah, atau terkait dangan mu’amalah, atau terkait dangan urusan pribadi, rumah tangga, masyarakat, negara, dan yang lainnya yang sudah diatur dalam Islam. Ini makna Islam yang kaffah.
Apakah sudah pernah ada penerapan Islam secara kaffah? Apakah pernah agama Islam ini, sejak awal diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga hari ini, pernahkah diterapkan secara kaffah ataukah belum? Islam sudah pernah diterapkan secara kaffah. Islam secara kaffah sudah pernah dipahami dan diamalkan oleh generasi terbaik umat ini, yaitu generasi para shahabat Nabi ridwanallahi ‘alahi jami’an baik secara zhahir maupun secara bathin.
- Secara zhahir : tampak dalam berbagai amalan mereka, baik dalam urusan ibadah, akhlak, maupun muamalah.
- Secara bathin : yakni dalam keikhlasan, kebenaran dan kejujuran iman, dan takwa. Semua itu telah diterapkan para shahabat Rasulullah Shallahu ‘alaihiwa Sallam di bawah bimbingan langsung Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam secara berkesinambungan dari hari ke hari, dari tahun ke tahun. Ayat demi ayat turun, surat demi surat turun untuk mereka dengan disampaikan dan diajarkan langsung oleh Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam kepada mereka. Ketika turun ayat tentang ibadah, maka Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam langsung mempraktekkan ayat tersebut, yakni mempraktekkan bagaimana cara beribadah yang dimaukan dalam ayat tersebut. Ketika turun ayat tentang iman, maka Rasulullah Shallahu ‘alaihi waSallam pun merinci makna yang terkait dengan iman tersebut. Semua itu beliau lakukan dalam hadist- hadistnya, dalam keseharian bersama para sahabat. Selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam mendidik mereka di atas iman yang kaffah, Islam yang kaffah, ibadah yang kaffah, sampai akhirnya turunlah ayat:
“ Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian ” [Al-Ma'idah : 3]
Dua ayat dalam surah Al-Baqarah,yang pertama pada ayat ke 208, dan kedua pada ayat ke-185 merupakan dasar pembahasan kita pada topik ini.
Islam kaffah maknanya adalah Islam secara menyeluruh, dengan seluruh aspeknya, seluruh sisinya, yang terkait urusan iman, atau terkait dangan dengan akhlak, atau terkait dengan ibadah, atau terkait dangan mu’amalah, atau terkait dangan urusan pribadi, rumah tangga, masyarakat, negara, dan yang lainnya yang sudah diatur dalam Islam. Ini makna Islam yang kaffah.
Apakah sudah pernah ada penerapan Islam secara kaffah? Apakah pernah agama Islam ini, sejak awal diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga hari ini, pernahkah diterapkan secara kaffah ataukah belum? Islam sudah pernah diterapkan secara kaffah. Islam secara kaffah sudah pernah dipahami dan diamalkan oleh generasi terbaik umat ini, yaitu generasi para shahabat Nabi ridwanallahi ‘alahi jami’an baik secara zhahir maupun secara bathin.
- Secara zhahir : tampak dalam berbagai amalan mereka, baik dalam urusan ibadah, akhlak, maupun muamalah.
- Secara bathin : yakni dalam keikhlasan, kebenaran dan kejujuran iman, dan takwa. Semua itu telah diterapkan para shahabat Rasulullah Shallahu ‘alaihiwa Sallam di bawah bimbingan langsung Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam secara berkesinambungan dari hari ke hari, dari tahun ke tahun. Ayat demi ayat turun, surat demi surat turun untuk mereka dengan disampaikan dan diajarkan langsung oleh Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam kepada mereka. Ketika turun ayat tentang ibadah, maka Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam langsung mempraktekkan ayat tersebut, yakni mempraktekkan bagaimana cara beribadah yang dimaukan dalam ayat tersebut. Ketika turun ayat tentang iman, maka Rasulullah Shallahu ‘alaihi waSallam pun merinci makna yang terkait dengan iman tersebut. Semua itu beliau lakukan dalam hadist- hadistnya, dalam keseharian bersama para sahabat. Selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam mendidik mereka di atas iman yang kaffah, Islam yang kaffah, ibadah yang kaffah, sampai akhirnya turunlah ayat:
“ Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian ” [Al-Ma'idah : 3]
Ayat ini turun menjelang wafatnya
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Pada tanggal 9 Dzulhijjah ketika hajjatul
wada’ (haji penghabisan/perpisahan) Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam.
Ayat ini turun di padang ‘Arafah, yang
kemudian para sahabat memahami bahwa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam akan
berpisah dengan turunnya ayat ini. Mereka bersedih bahwa wahyu sudah akan
segera berakhir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan agama kalian dan telah Aku sempurnakan pula bagi kalian nikmat-Ku”, yakni nikmat Islam … sempurna pada hari itu “dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian” Islam yang mana yang Allah ridhai? Islam dengan syari’at yang mana yang telah Allah ridhai?
Jawabannya adalah : Islam ketika Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam masih hidup menyampaikan ayat demi ayat kepada para shahabatnya, difahamkan oleh Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam kepada mereka, kemudian difahami oleh para shahabat dan diamalkan oleh mereka, demikian terus sampai turun ayat Al-Maidah : 3 ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan agama kalian dan telah Aku sempurnakan pula bagi kalian nikmat-Ku”, yakni nikmat Islam … sempurna pada hari itu “dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian” Islam yang mana yang Allah ridhai? Islam dengan syari’at yang mana yang telah Allah ridhai?
Jawabannya adalah : Islam ketika Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam masih hidup menyampaikan ayat demi ayat kepada para shahabatnya, difahamkan oleh Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam kepada mereka, kemudian difahami oleh para shahabat dan diamalkan oleh mereka, demikian terus sampai turun ayat Al-Maidah : 3 ini.
Itulah Islam kaffah, islam yang
diridhai oleh Allah ‘Azzawa Jalla. Itulah bentuk Islam yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala rela sebagai agama. Itulah bentuk pamahaman Islam yang telah diridhai
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yakni bentuk iman, bentuk ibadah, bentuk
mu’amalah, serta bentuk akhlak yang ada pada hari itu.
Bisa kita simpulkan, bahwa Islam kaffah, yang telah bersifat menyeluruh dari seluruh aspeknya, adalah Islam yang telah diterima oleh para shahabat secara langsung dari Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam dan mereka amalkan di bawah pengawasan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, bahkan pangawasan ilahi langsung. Kalau ada sesuatu yang tidak benar atau salah, maka turun ayat mengingatkan tentang suatu peristiwa, atau turun ayat lagi merinci permasalahan tersebut. Pengawasan langsung dari langit yang ke tujuh, yakni pengawasan langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menurunkan syari’at ini.
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik- baik generasi adalah generasi di mana Aku berada di sana.” Maksudnya sebaik-baik dalam hal apa? Dalam seluruh urusan agama, akhlaknya para shahabat terbaik, imannya juga yang terbaik. Ibadahnya, baik tingkat kualitas maupun tingkat kuantitas, para shahabat adalah yang terbaik. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwa sallam tegas menyatakan, bahwa sebaik- baik generasi adalah generasi di mana Aku berada disitu.
Itulah sekelumit tentang pengertian Islam kaffah, dan dengan ini pula kita mengetahui pula jawaban yang dikemukakan tadi (apakah pernah Islam dipahami dan diterapkan secara kaffah?), maka jawabannya adalah pernah dan pasti pernah. Oleh karena itu, kita diperintahkan dalam syari’at ini, baik dalam Al-Qur’an maupun dalam sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, untuk senantiasa kembali kepada jejak mereka. Bagi yang ingin memahami Al-Qur’an, janganlah memahami Al-Qur`an dengan logika kita semata. Maka kembalikanlah pemahaman Al-Qur’an itu kepada generasi terbaik tersebut, yang lebik dari kita dari semua sisinya. Ketika orang hendak menerapkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwa sallam, harus menengok bagaimana para shahabat menerapkannya.
Penerapan Islam secara kaffah adalah suatu kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada hamba-hamba-Nya kaum mu’minin. Ini merupakan keharuskan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh setiap individu mu’min, bahwa dia harus menerapkan Islam secara kaffah, siapapun dia, apapun profesinya. “Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing- masing kalian akan dimintai pertanggunjawaban atas apa yang dipimpinnya.” ). Seorang kepala rumah tangga juga berlaku atasnya perintah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 208 “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam islam secara kaffah (menyeluruh)… .” [Al-Baqarah ayat 208] juga “Wahai orang- orang yang beriman, bentengi diri kalian dan keluarga kalian dari adzab neraka.” [At-Tahrim : 6] Demikian juga seorang istri, ayat tersebut berlaku juga atasnya. “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam islam secara kaffah (menyeluruh)… .” [Al-Baqarah ayat 208] juga “Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing- masing kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” ) “… seorang wanita (istri) itu sebagai penanggungjawab atas rumah suaminya serta putra-putrinya dan sekaligus dia (istri) tersebut akan dimintai pertanggungjawaban.” Istri punya kewajiban terkait dengan suami. Syari’at telah menyebutkan, baik Al-Qur’an maupun As-Sunnah, berbagai kewajiban tersebut, maka kaum wanita wajib mengetahuinya. Terkait urusan rumah tangga saja, masih banyak kaum wanita muslimah yang belum tahu dan mengerti tentang Islam dengan benar. Jangankan secara menyeluruh, terkait dengan kewajiban di rumah tangga saja, masih banyak perkara dia tidak mengerti. hal ini perlu diperbaiki.
Bisa kita simpulkan, bahwa Islam kaffah, yang telah bersifat menyeluruh dari seluruh aspeknya, adalah Islam yang telah diterima oleh para shahabat secara langsung dari Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam dan mereka amalkan di bawah pengawasan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, bahkan pangawasan ilahi langsung. Kalau ada sesuatu yang tidak benar atau salah, maka turun ayat mengingatkan tentang suatu peristiwa, atau turun ayat lagi merinci permasalahan tersebut. Pengawasan langsung dari langit yang ke tujuh, yakni pengawasan langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menurunkan syari’at ini.
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik- baik generasi adalah generasi di mana Aku berada di sana.” Maksudnya sebaik-baik dalam hal apa? Dalam seluruh urusan agama, akhlaknya para shahabat terbaik, imannya juga yang terbaik. Ibadahnya, baik tingkat kualitas maupun tingkat kuantitas, para shahabat adalah yang terbaik. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwa sallam tegas menyatakan, bahwa sebaik- baik generasi adalah generasi di mana Aku berada disitu.
Itulah sekelumit tentang pengertian Islam kaffah, dan dengan ini pula kita mengetahui pula jawaban yang dikemukakan tadi (apakah pernah Islam dipahami dan diterapkan secara kaffah?), maka jawabannya adalah pernah dan pasti pernah. Oleh karena itu, kita diperintahkan dalam syari’at ini, baik dalam Al-Qur’an maupun dalam sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, untuk senantiasa kembali kepada jejak mereka. Bagi yang ingin memahami Al-Qur’an, janganlah memahami Al-Qur`an dengan logika kita semata. Maka kembalikanlah pemahaman Al-Qur’an itu kepada generasi terbaik tersebut, yang lebik dari kita dari semua sisinya. Ketika orang hendak menerapkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwa sallam, harus menengok bagaimana para shahabat menerapkannya.
Penerapan Islam secara kaffah adalah suatu kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada hamba-hamba-Nya kaum mu’minin. Ini merupakan keharuskan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh setiap individu mu’min, bahwa dia harus menerapkan Islam secara kaffah, siapapun dia, apapun profesinya. “Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing- masing kalian akan dimintai pertanggunjawaban atas apa yang dipimpinnya.” ). Seorang kepala rumah tangga juga berlaku atasnya perintah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 208 “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam islam secara kaffah (menyeluruh)… .” [Al-Baqarah ayat 208] juga “Wahai orang- orang yang beriman, bentengi diri kalian dan keluarga kalian dari adzab neraka.” [At-Tahrim : 6] Demikian juga seorang istri, ayat tersebut berlaku juga atasnya. “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam islam secara kaffah (menyeluruh)… .” [Al-Baqarah ayat 208] juga “Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing- masing kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” ) “… seorang wanita (istri) itu sebagai penanggungjawab atas rumah suaminya serta putra-putrinya dan sekaligus dia (istri) tersebut akan dimintai pertanggungjawaban.” Istri punya kewajiban terkait dengan suami. Syari’at telah menyebutkan, baik Al-Qur’an maupun As-Sunnah, berbagai kewajiban tersebut, maka kaum wanita wajib mengetahuinya. Terkait urusan rumah tangga saja, masih banyak kaum wanita muslimah yang belum tahu dan mengerti tentang Islam dengan benar. Jangankan secara menyeluruh, terkait dengan kewajiban di rumah tangga saja, masih banyak perkara dia tidak mengerti. hal ini perlu diperbaiki.
Bagaimana
dengan kita yang sebagai suami, pimpinan perusahaan, manager, operator, jaksa,
menteri, presiden, perdana menteri, politikus, guru, dosen, sekretaris, direktur,
dan lain sebagainya apakah sudah menjalankan islam secara kaffah??? Jawabannya
ada pada diri kita masing-masing.
Keterkaitan masalah islam kaffah dengan umat dan kehidupan bernegara
Umat Islam sekarang ini sedang mengalami berbagai krisis dengan berbagai bentuknya. Mengalami kemerosotan di berbagai bidang. Umat Islam mengalami kemerosotan dalam bidang ibadah,sehingga setiap hari semakin banyak orang yang dengan terang-terangan tidak mau shalat. Semakin hari akhlaq kaum muda-mudi muslimin dan muslimat semakin jauh dari bimbingan Islam, cenderung meniru dan mengekor kaum kuffar. Begitu pula keamanan negeri kita semakin hari semakin tidak menentu, semakin tidak jelas arahnya. Begitu juga masyarakat mengeluh terkait dengan perekonomian mereka. Terasa setiap hari semakin sempit rezki atau perekonomian ummat ini tidak barakah, semakin hari kita menyaksikan hal yang seperti ini. Dari sisi aqidah, kaum muslimin juga mengalami kemerosotan. Semakin bermunculan berbagai aqidah yang bertentangan dengan aqidah Islam yang haq. Ahmadiyah semakin berani, Syi’ahnya juga semakin terang-terangan menyebarkan kebatilannya. Komunis pun berani sekarang, dan buku-buku komunis sudah ada di toko-toko buku. Paham liberalisme juga seperti itu, terus dijejelkan di tengah-tengah ummat ini kepada putra-putri muslimin.
Keterkaitan masalah islam kaffah dengan umat dan kehidupan bernegara
Umat Islam sekarang ini sedang mengalami berbagai krisis dengan berbagai bentuknya. Mengalami kemerosotan di berbagai bidang. Umat Islam mengalami kemerosotan dalam bidang ibadah,sehingga setiap hari semakin banyak orang yang dengan terang-terangan tidak mau shalat. Semakin hari akhlaq kaum muda-mudi muslimin dan muslimat semakin jauh dari bimbingan Islam, cenderung meniru dan mengekor kaum kuffar. Begitu pula keamanan negeri kita semakin hari semakin tidak menentu, semakin tidak jelas arahnya. Begitu juga masyarakat mengeluh terkait dengan perekonomian mereka. Terasa setiap hari semakin sempit rezki atau perekonomian ummat ini tidak barakah, semakin hari kita menyaksikan hal yang seperti ini. Dari sisi aqidah, kaum muslimin juga mengalami kemerosotan. Semakin bermunculan berbagai aqidah yang bertentangan dengan aqidah Islam yang haq. Ahmadiyah semakin berani, Syi’ahnya juga semakin terang-terangan menyebarkan kebatilannya. Komunis pun berani sekarang, dan buku-buku komunis sudah ada di toko-toko buku. Paham liberalisme juga seperti itu, terus dijejelkan di tengah-tengah ummat ini kepada putra-putri muslimin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-A’raf ayat ke-96:
“Kalau seandainya penduduk-penduduk negeri tersebut mau beriman dan bertaqwa kepada Allah maka pasti Kami akan bukakan untuk mereka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi”. Apa syarat nya yang harus kita penuhi agar kita mendapati pemenuhan janji Allah? Tidak lain adalah dengan ber-islam secara kaffah.
Jadi, yang dikehendaki Allah dalam surat 2;208 ini adalah: kembalinya kita dalam memahami dan menerapkan syariat islam seperti Rasulullah dan para sahabat beliau menerapkanya Dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikianlah yang dimaksudkan masuk islam secara keseluruhan/totalitas/kaffah.
“Kalau seandainya penduduk-penduduk negeri tersebut mau beriman dan bertaqwa kepada Allah maka pasti Kami akan bukakan untuk mereka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi”. Apa syarat nya yang harus kita penuhi agar kita mendapati pemenuhan janji Allah? Tidak lain adalah dengan ber-islam secara kaffah.
Jadi, yang dikehendaki Allah dalam surat 2;208 ini adalah: kembalinya kita dalam memahami dan menerapkan syariat islam seperti Rasulullah dan para sahabat beliau menerapkanya Dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikianlah yang dimaksudkan masuk islam secara keseluruhan/totalitas/kaffah.
Wallahu a'lamu
Wassalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh.
Langganan:
Postingan (Atom)